Sutradara film GODZILLA (2014) mengaku takjub dengan ketertarikan orang kepada Godzilla. Lewat antusias penggemar yang begitu tinggi, Gareth Edwards pun berterima kasih kepada para penggemarnya yang terus memberinya masukan. Terlebih ia hanya pernah menyutradarai satu film sci-fi saja, yakni MONSTERS.
Di tahun lalu, setiap harinya, ada yang mengatakan pada saya, 'Saya suka Godzilla. Jangan dibikin hancur!'" ujar Edwards. Melihat trailer yang telah dirilis, terlihat jelas Edwards menggabungkan opening yang emosional dan complikasi mendebarkan, Godzilla belum hancur. Edwards telah menunjukkan perjuangannya dengan membangkitkan monster fenomenal Toho di tahun 1954: GODZILLA.
"Film pertama Godzilla merupakan sebuah metaphor Hiroshima dan Nagasaki. Untuk sebuah film monster, hal ini cukup serius. Oleh sebab itu, saya terusik untuk bekerja sama dengan Warner Bros dan Legendary untuk membangkitkan Godzilla," tambahnya.
Sedang dalam film terbaru nantinya, sutradara akan menyeimbangkan porsi sang monster dan juga para tokoh manusianya. "Sudah cukup lama kita berperan sebagai predator di muka bumi ini. Lalu Godzilla muncul, dan membuat kita berpikir bahwa, bukan, bukan kita predatornya," jelasnya.
Godzilla karya Max Borenstein mampu menunjukkan sejarah Godzilla yang sesungguhnya, didukung dengan karakter misterius Ken Watanabe. "Di tahun 1954, kami membangkitkan 'sesuatu', yang diikuti dengan riset nuklir yang tidak sesuai rencana. Di masa ini, ancaman nuklir tidak terasa enakutkan seperti di Jepang 60 tahun lalu. Konsekuensinya, berbuat buruk pada alam terasa kurang relevan," pungkasnya. Rencananya, Godzilla akan dirilis pada 16 Mei.
Source: kapanlagi.com
Di tahun lalu, setiap harinya, ada yang mengatakan pada saya, 'Saya suka Godzilla. Jangan dibikin hancur!'" ujar Edwards. Melihat trailer yang telah dirilis, terlihat jelas Edwards menggabungkan opening yang emosional dan complikasi mendebarkan, Godzilla belum hancur. Edwards telah menunjukkan perjuangannya dengan membangkitkan monster fenomenal Toho di tahun 1954: GODZILLA.
"Film pertama Godzilla merupakan sebuah metaphor Hiroshima dan Nagasaki. Untuk sebuah film monster, hal ini cukup serius. Oleh sebab itu, saya terusik untuk bekerja sama dengan Warner Bros dan Legendary untuk membangkitkan Godzilla," tambahnya.
Sedang dalam film terbaru nantinya, sutradara akan menyeimbangkan porsi sang monster dan juga para tokoh manusianya. "Sudah cukup lama kita berperan sebagai predator di muka bumi ini. Lalu Godzilla muncul, dan membuat kita berpikir bahwa, bukan, bukan kita predatornya," jelasnya.
Godzilla karya Max Borenstein mampu menunjukkan sejarah Godzilla yang sesungguhnya, didukung dengan karakter misterius Ken Watanabe. "Di tahun 1954, kami membangkitkan 'sesuatu', yang diikuti dengan riset nuklir yang tidak sesuai rencana. Di masa ini, ancaman nuklir tidak terasa enakutkan seperti di Jepang 60 tahun lalu. Konsekuensinya, berbuat buruk pada alam terasa kurang relevan," pungkasnya. Rencananya, Godzilla akan dirilis pada 16 Mei.
Source: kapanlagi.com